A Piece of Happiness – It’s Heaven Called Home


resepsi
I’m back!! And now I’m someone’s wife. I’m now Mrs. Feri. *tutupmuka* How great is that sounds to you?

Apakabar teman-teman semua?
Saya kembali lagi untuk berbagi cerita saya seperti hari-hari kemarin. Saya juga ingin menjawab kekhawatiran salah satu teman setia pembaca blog (tulisan abal-abal saya) yang sempat khawatir kalau-kalau setelah menikah saya menjadi jarang atau bahkan tidak lagi menulis. Jarang dalam artian jarak antar satu tulisan ke tulisan yang lain lebih lama mungkin iya, I must say. ––Berhubung belakangan ini saya harus menghabiskan 4 jam perjalanan rumah-kantor-rumah berkereta yang tidak jarang harus berdiri sepanjang perjalanan.–– Tapi untuk sampai tidak lagi menulis sepertinya hampir tidak mungkin, karena menulis sudah menjadi kebutuhan jiwa saya. So, here I am, back into writing. Please don’t push me to write a good story, I’ll just share whatever happened in my life and hoping that any part of that story could be useful for you as well.

Ah iya, saya ingin berbagi kebahagiaan, tepat hari ini saya telah menikah selama 3 bulan 5 hari. Masih ingat tulisan-tulisan saya sebelumnya? Pada akhirnya sampai juga saya pada keputusan ini, berusaha menjadi makmum yang baik yang (semoga bisa) selalu taat pada suami. Sampai satu bulan yang lalu, saya masih sering nyeletuk “Kita sudah menikah ya? Sudah suami istri? Asa gak percaya ya?.”, dan suami menjawab dengan anggukan kecil sembari mengusap-usap rambut saya dan berkata “Sama. Masih suka gak percaya.” Hahaha, that’s our small sweet talk, yang diakhiri dengan pelukan. Ahhh… ;D

Setelah menikah, bahagia bertransformasi menjadi semakin sederhana. Sekedar bisa mendapati suami tidur lelap disamping saya, menemukan selimut yang sebelumnya tersingkap sudah kembali rapih melindungi dari dinginnya udara malam, sentuhan dan sapaan lembut membangunkan diwaktu pagi, pelukan hangat sekembali ke rumah. Sesederhana bisa selalu menyempatkan sampai dirumah sebelum acara talkshow di TV berakhir agar tidak terlewati untuk menikmati tawa suami yang tergelak menonton talkshow kesukaannya. Dan selalu punya alasan untuk pulang cepat, menemukan melting pot cinta bernama rumah.

Ada banyak kebahagiaan yang saya temukan bahkan dari rutinitas aktivitas sehari-hari. Bangun dengan rambut awut-awutan, menikmati keheningan yang belakangan mulai saya indahkan padahal dulu sering saya kutuki, pembicaraan sederhana seperti mau sarapan apa? Hari ini masak apa ya? Nonton DVD apalagi ya?, peluk kencang setiap kali tiba dirumah, ke-cheessee-an diwaktu senggang yang saya mulai semacam ini : “liat aku deh” kemudian suami menengok kearah saya “I love you.”, dan suami hanya bisa gak ngerti harus berekspresi bagaimana. hadeeuuhh… memang dasarnya tidak ekspresif dan pemalu jadi begitu deh. Untung dapetnya sayaa *loh*.

Saya sangat sadar bahwa saya punya banyaaakk sekali kekurangan, sebagai seorang individu, wanita, apalagi sebagai istri yang baru saja saya emban tugasnya. Untuk itu saya berusaha untuk tidak pernah lupa bersyukur karena suami mau menerima saya apa adanya tanpa memaksa saya untuk berubah menjadi seseorang yang lain. Menurut saya, bersyukur itu tidak pernah boleh berakhir, bahkan ketika baru saja terjadi friksi dirumah. Bukankah kita sudah sama-sama berkomitmen untuk hidup bersama dan menjalaninya dalam rangka beribadah. Hakikatnya ibadah ya tidak pernah boleh berhenti belajar untuk menjadi lebih baik. Bukankah kita pernah sama-sama meyakinkan kembali diri kita untuk tidak pernah menyesali keputusan kita menikah apapun yang terjadi, karena keputusan itu sudah kita ambil bersama dalam kondisi sepenuhnya sadar akan resiko, konsekuensi juga reward yang akan diperoleh. Jadi, bahagia seharusnya semakin mudah ditemukan, hanya saja sedikit perbedaannya sekarang kita saling mempengaruhi. Jadilah pengaruh kebahagiaan yang baik untuk pasangan dirumah.

Thanks for being a home to me, darling. I’m thanking you back now. I know that happiness is a lot easier to find since I became your wife. I’m happier and I know I’ll be more and more happier tomorrow and the day after tomorrow.

Get well soon.
Jakarta, 290415, 23.53

6 thoughts on “A Piece of Happiness – It’s Heaven Called Home

Leave a comment