Tentang TUHAN


Macet. Sibuk. Sesak. Lelah.

Perampokan. Penembakan. Pembunuhan. Penculikan. Penganiayaan.

Manusia benar-benar makhluk yang mengerikan. Mampu melakukan hal yang tidak diduga-duga, yang diluar akal sehat, dan diluar kewajaran nurani makhluk sosial. Demi perut, demi kaya, demi popularitas, demi cinta, demi kesenangan sendiri, norma-norma kewajaran jadi tidak diindahkan.

Mungkin mereka tidak punya Tuhan, mungkin mereka sedang lupa Tuhan, mungkin mereka jauh dari Tuhan. Yang aku yakini, ketika seorang manusia mampu menyakiti orang lain, sangat bisa dipastikan sedang tidak ada Tuhan dihatinya. Bukan, ini bukan soal keyakinan beragama, ini soal meyakini ada sosok yang lebih besar dan adikuasa akan kita yang selalu mengawasi dari atas sana.

Tak jarang kesal, karena keyakinan kita akan penglihatan Tuhan mengekang kita untuk balas dendam, untuk menyakiti mereka yang telah menyakiti kita. Kesal sekali. Karena keinginan yang begitu kuat untuk berbuat yang tidak-tidak harus dikalahkan oleh keyakinan akan keberadaan Tuhan. Oleh keinginan untuk tidak mengecewakan-Nya.

Sungguh urusan Tuhan ini tidak bisa diukur dengan apapun. Kita tidak pernah melihat wujudnya, tapi kita meyakininya, dan IA menjadi batasan atas segala tindakan yang ingin kita lakukan. Haruskah kita bersyukur akan kepekaan atas Tuhan Sang Maha Mengetahui atas segala? Kenapa keyakinan akan perbuatan baik yang dibalas setimpal terus menerus menggelayut. Kita yakini janjinya nyata padahal berasal dari DIA yang tak kasat mata.

Mungkin seharusnya syukur melingkupi, atas segala kebaikan hidup yang masih diberi. Lagi, IA berjanji pada manusia, bersyukurlah maka akan AKU tambahkan nikmatmu. Lagi-lagi percaya. Duh, mengesalkan sekali keyakinan semacam ini. Lagi-lagi Tuhan mampu memenuhi diri. Ke-Maha-annya lagi-lagi menumbuhkan kepercayaan yang menghujam dalam-dalam. Tuhan, dunia ini hanya sementara bukan? Akankah ENGKAU berbaik hati memberi sedikit nikmat surga kelak jika aku terus percaya pada-Mu??

Begitu kuat daya tarik-NYA, begitu tidak terhindarkan pesona-NYA.

Aku lagi-lagi terjebak janji baik Tuhan agar aku tetap menjadi orang baik.

Jakarta, 140617

Terima kasih, aku menulis kembali.

One thought on “Tentang TUHAN

Leave a comment