Menantimu


Menantimu seperti menggantungkan harapan pada angin
Yang tak pernah bisa diajak duduk bersama dan berharap diberitahu kemana ia akan berhembus
Menantimu seperti merindukan bulan di siang hari
Begitu klise dan tak pernah masuk dalam skenario realita hidupku
Menantimu seperti mengkhayalkan kisah romantis sepanjang masa menjadi kisahku
Terlalu jauh dari istimewa untuk bahkan hanya memimpikan kamu bersama denganku saatku terlelap tidur

Menantimu membuatku sesak nafas
Serindu orang yang menyelam dalam air pada oksigen pertama
Menantimu seperti menguraikan rasa dalam berlembar-lembar halaman
Tak pernah cukup tinta untuk membuka sekian banyak simpul rasa yang tercipta
Menantimu menjadikanku hampir kehilangan nyawa
Berkali mendengar gema suaramu yang menjelma menjadi gaung bahagia yang tak lagi bisa diiringi detakan di dada

Menantimu…
Membuatku belajar untuk sekuat mungkin tak bersuara
Meski pita suara tak henti meminta untuk bertransformasi menjadi irama
Menantimu…
Memaksaku sekuat mungkin menyimpan rahasia
Yang tak bisa seorang pun tau rasa yang sedang bergejolak didada..
Bahkan hingga ku tak kuat pun, hanya dengan mengubur diriku dan meneriakkan semua rasa tentangmu didalam lubang tak berrongga mampuku mengakui segalanya

Entah sampai kapan aku bisa melawan waktu untukku bisa mencurahkan segalanya padamu
Entah sesanggup apa aku mampu mengingkari takdir dan merelakan lubang-lubang di hati jika memang engkau tidak dilahirkan untuk menjadi milikku
Telah berkali waktu kucoba membuatmu tak berlebihan dihatiku
Namun hanya makin kuat hadirmu menyentuh setiap saraf ditubuhku

Bagaimanapun akhirnya nanti, setidaknya kau telah menjadikan satu fase hidupku menjadi istimewa
Meski mungkin selama ini aku hanya bertepuk dengan angin

Untukmu yang selalu mampu membuatku (bahkan hanya seolah) merasa istimewa,
Terima kasih,..

Bandung, 220112, 09:33

3 thoughts on “Menantimu

Leave a comment